KALAM HIKMAH

[1] Dzikrullah di sini, seperti yang dijelaskan  Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Nashaih al-‘Ibad, dengan bentuk apapun, seperti dengan cara membaca lafadz:
لَاإِلهَ إِلّا اللهُ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلَّا باِللهِ
Atau dengan bermunajat seperti mengucapkan:
يَا مُغِيْثَ كُلِّ مَلْهُوْفٍ نَادَاهُ  وَيَا مُجِيْبَ كُلِّ مُضْطَرٍّ دَعَاهُ وَيَا حَلِيْمًا عَلَى كُلِّ هَفْوَةٍ عَصَاهُ وَيَا قَائِمًا بِالْكِفَايَةِ لِمَنْ اَثَرَهُ عَلَى دُنْيَاهُ أَسْأَلُكَ الْوُصُوْلَ إلَى مَا لَا أَصِلُ إِلَيْهِ إِلَّا بِمَعُوْنَتِكَ وَدَفْعَ مَا لَاأَطِيْقُ دَفْعَهُ إِلَّا بِقُوَّتِكَ وَأسْأَلُكَ خَيْرَةً فِيْهَا عَافِيَةٌ وَعَافِيَةً فِيْهَا خَيْرَةٌ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

[1] Menurut Syaikh Muhammad Nawawi bi Umar al-Jawi, yang dimaksud ma’ruf adalah segala sesuatu yang dianggap baik menurut syara’, sedangkan munkar adalah sesuatu yang tidak diridhoi Allah, baik ucapan maupun pekerjaan.
[1] Seperti yang disampaikan Dr. H. Abu Hafshin, Wakil ketua PWNU Jawa Tengah yang juga menjadi seorang dosen di IAIN Walisongo Semarang. Menurutya, ketika Kyai Mahrus memberikan kuliah umum itu dapat tertanam dan membekas. “Setiap satu jam yang diberikan Kyai Mahrus, lebih berkesan daripada saya membaca seluruh buku.”

[1] Lafadz الْعُشْرِ وَالزَّكَاةِ adalah pengathafan (mengikutkan) lafadz yang umum, yakni “az-zakat” pada lafadz yang khusus, yakni “al-’usyru”. Maksudnya, sepersepuluh merupakan zakat yang khusus untuk tanaman dan buah-buahan, sementara kata “zakat” bersifat umum termasuk di dalamnya yaitu sepersepuluh tersebut. 6
[1] Hubb ad-dunya atau yang populer dengar istilah cinta dunia adalah sesuatu yang lebih dari kadar kebutuhan.

قيل:
[1] Syaikh Abdul Qadir al-Jaylani mengatakan bahwa ketika di antara kita bertemu dengan seseorang, maka kita melihat keutamaan seseorang tersebut di atas kita. Dan kita mengatakan, “barangkali dia di sisi Allah lebih baik dari pada aku dan lebih tinggi derajatnya. Jila dia lebih kecil dari kita, maka kita mengatakan, “Orang ini belum melakukan maksiat kepada Allah   
[1] Ka’b adalah orang yang menjadi tempat berlindung para ulama dari golongan orang-orang Yahudi. Dia masuk Islam pada zamannya khalifah Umar Kaththab RA.
[1] Hushnun atau benteng adalah suatu tempat yang tinggi yang mencegah kedatangan musuh.  Hushnun juga dapat diartikan sebagai pedang.
[1] Taqwa adalah ikhlas dalam taat kepada Allah, dan menjauhi laranagan-Nya. Menurut sebagian pendapat, ikhlas diartikan menjaga adab-adab syariat. Ada lagi yang berpendapat bahwa ikhlas adalah mengikuti Nabi Muhammad saw, baik segi ucapan maupun tindakan.

Komentar

Postingan Populer