khutbah jumat
الحمد لله
الذي إختص شهر رمضان بفضيلة الصيام من بين سائر الشهور. وفتح فيه أبواب الجنان بما
فيها من السرور والحبور. أحمده سبحانه وهو أحق محمود وأعظم مذكور. وأشكره على نعم
تتجدد بالرواح والبكور. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له على رغم أنف كل
مشرك كفور. شهادة أدخرها لهول يوم النشور. وأرجو بها النجاة من دار الهوان
والثبور. وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أفضل داع إلى الخيرات ومحذر من الشرور.
أللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمد وعلى أله وأصحابه الذين هم للإهتداء نجوم
وللظلم بدور. أما بعد فيا أيها الناس إتقوا الله تعالى وأعلموا أنه قد نزل بساحتكم شهر كريم وموسم عظيم
Ayyuhal
Hadhirun Rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt atas ni’mat Ramadhan. karena Ramadhan merupakan wahana perantara, sebagai media menjadikan kita seorang hamba yang bertaqwa. Oleh karenanya mari kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita di bulan yang penuh rahmat ini.
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt atas ni’mat Ramadhan. karena Ramadhan merupakan wahana perantara, sebagai media menjadikan kita seorang hamba yang bertaqwa. Oleh karenanya mari kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita di bulan yang penuh rahmat ini.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Rukun Islam ada lima perkara. Membaca syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Bila diperhatikan dengan seksama kelima rukun Islam tersebut bersifat positif (syatrul iktisab), kecuali puasa. Karena sesungguhnya perintah puasa adalah bersifat negative (syatrul ijtinab), yaitu perintah untuk meninggalkan sesuatu (makan, minum, menahan nafsu dan lain-lain). Artinya, apabila syahadat harus diucapkan, shalat harus dikerjakan, zakat harus ditunaikan, haji harus dilaksanakan, maka puasa harus menahan segala hal yang membatalkannya. Inilah satu keistimewaan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya.
Rukun Islam ada lima perkara. Membaca syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Bila diperhatikan dengan seksama kelima rukun Islam tersebut bersifat positif (syatrul iktisab), kecuali puasa. Karena sesungguhnya perintah puasa adalah bersifat negative (syatrul ijtinab), yaitu perintah untuk meninggalkan sesuatu (makan, minum, menahan nafsu dan lain-lain). Artinya, apabila syahadat harus diucapkan, shalat harus dikerjakan, zakat harus ditunaikan, haji harus dilaksanakan, maka puasa harus menahan segala hal yang membatalkannya. Inilah satu keistimewaan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya.
Sesungguhnya
ibadah dalam konteks pencegahan jauh lebih berat dibandingkan dengan ibadah
yang bersifat melaksanakan. Menjadi pedagang adalah hal yang gampang, tetapi
berdagang tanpa unsure tipu dan bohong bukan pekerjaan yang gampang. Menjadi
pejabat adalah hal yang sulit, tetapi lebih sulit lagi menjadi pejabat yang
tidak korup. Berkumpul di majlis ta’lim untuk mengaji bukanlah hal yang berat,
tetapi berkumpul tanpa menggunjing adalah sesuatu yang berat.
Ada dua sisi
dalam ibadah. Pertama sisi pelaksanaan (syatrul iktisab), dan kedua sisi
larangan (syatrul ijtinab). Sisi pelaksanaan adalah melaksanakan berbagai
perintah Allah inilah makna tho’at. Sedangkan sisi larangan adalah mencegah
berbuat maksiat dan keburukan inilah arti taqwa. Sisi larangan ini jauh lebih
mulia, lebih utama, lebih baik dibandingkan dengan sisi pelaksanaan.
Oleh karena
itu Hadirin yang dimuliakan Allah swt.
Puasa sebagai bentuk ibadah yang mengandung unsur menjauhi yang memiliki kemuliaan dan keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lain. Karena ibadah puasa didominasi dengan berbagai larangan. Larangan makan, minum, nafsu dan lain sebagainya. Malah dengan bahasa Imam al-Ghazali puasa dapat digolongkan sebagai ibadah tingkat tinggi. Hal ini wajar, karena sesungguhnya puasa melatih seorang hamba mengendalikan musuh bebuyutan yaitu nafsu.
Puasa sebagai bentuk ibadah yang mengandung unsur menjauhi yang memiliki kemuliaan dan keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lain. Karena ibadah puasa didominasi dengan berbagai larangan. Larangan makan, minum, nafsu dan lain sebagainya. Malah dengan bahasa Imam al-Ghazali puasa dapat digolongkan sebagai ibadah tingkat tinggi. Hal ini wajar, karena sesungguhnya puasa melatih seorang hamba mengendalikan musuh bebuyutan yaitu nafsu.
Latihan
mengendalikan nafsu adalah latihan membersihkan hati dari berbagai penyakit.
Mulai dari iri, dengki, hasud, thoma’, ujub, riya’ dan sum’ah. Semua itu adanya
dalam hati, dan kita sebagai seorang hamba harus mebiasakan diri mengendalikan
mereka. Dengan bantuan perut lapar, haus, badan lemas dan mata terkekang.
Sungguh berat latihan ini akan tetapi jika berhasil, Allah telah menjanjikan
hadiah besar yang belum pernah terbayangkan.
Dalam
riwayat Imam Muslim disebutkan: "Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni
manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh
kalinya sehingga tujuhratus kali lipatnya. "Allah Ta'ala berfirman:
"Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku
akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan
kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintahKu.
Seseorang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan, sekali kegembiraan
di waktu berbukanya dan sekali lagi kegembiraan di waktu menemui Tuhannya.
Niscayalah bau bacin mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah
daripada bau minyak kasturi"
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Jika demikian puasa kita, maka benar apa yang dinyatakan al-Qur’an dalam surat al-Baqarah 183 bahwa tujuan puasa untuk menjadikan seorang hamba yang bertaqwa (la’allakum tattaqun).
Jika demikian puasa kita, maka benar apa yang dinyatakan al-Qur’an dalam surat al-Baqarah 183 bahwa tujuan puasa untuk menjadikan seorang hamba yang bertaqwa (la’allakum tattaqun).
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai sekalian orang yang
beriman! Diwajibkanlah puasa atas engkau semua sebagaimana yang diwajibkan atas
orang-orang yang sebelum engkau semua itu, supaya engkau menjadi orang yang
bertaqwa”
Barang siapa
yang ingin bertaqwa kepada Allah swt, maka ia harus merasa takut akan neraka
yang disediakan oleh-Nya untuk para pendosa. Dan barang siapa yang takut kepada
ancaman siksa-Nya, secara otomatis ia akan menjauhi hal-hal yang dapat
menariknya ke neraka. Karena setiap mereka yang takut pasti akan lari menjauh,
dan siapa yang cinta pasti akan datang mendekat.
Demikian
yang dikatakan Dzunnun al-Misry
كل خائف هارب
وكل راغب طالب
Siapa yang
takut pastilah akan menghindar (menjauh), dan siapa yang cinta pasti akan
mencari (mendekat)
Akan tetapi,
Maasyiaral Muslimin Rahimakumullah
Anehnya banyak orang yang takut dengan neraka dan berbagai siksanya, tetapi ia malah semakin mendekatinya. Dengan melakukan berbagai laku maksiat dan dosa. Dan itu semua dilakukannya dengan penuh kesadaran. Begitu pula sebaliknya. Banyak orang mengaku mencintai Allah, tapi malah semakin menjauh dari-Nya. semoga kita semua tidak termasuk golongan yang demikian.
Anehnya banyak orang yang takut dengan neraka dan berbagai siksanya, tetapi ia malah semakin mendekatinya. Dengan melakukan berbagai laku maksiat dan dosa. Dan itu semua dilakukannya dengan penuh kesadaran. Begitu pula sebaliknya. Banyak orang mengaku mencintai Allah, tapi malah semakin menjauh dari-Nya. semoga kita semua tidak termasuk golongan yang demikian.
Oleh karena
itu, pada akhir khutbah kali ini khatib mengingatkan untuk diri sendiri dan
juga yang lain. Marilah kita bersama-sama memaknai ketaqwaan di bulan Ramadhan
yang masih tersisa ini dengan melatih diri mengendalikan nafsu. Semoga Allah
mempermudah latihan kita ini.
Ya Allah
sesunguhnya ampunanmu lebih kami andalkan dari pada amal-amal yang kami
lakukan, dan rahmatmu jauh lebih luas dibandingkan dosa kami. Oleh karena itu
jikalau kami, hambamu ini belumlah pantas mengharapkan Rahmat-Mu. Namun karena
ke agungan dan kebesaran-MU rahmat-Mu sangat pantas sekali menghampiri kami,
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ.
Komentar